Sabtu, 21 September 2019

MAKALAH KELUARGA DAN KARAKTER ANAK. KEL 3

     
ETIKA PENDIDIKAN
(DOSEN PENGAMPU RATNA KHAURINNISA, S.Pd., M.Pd)

       Sebelum membahas lebih lanjut mengenai makalah keluarga dan karakter anak, mungkin bukan pertama kalinya bagi kita ketika melihat karakter seorang anak yang baik atau buruk hal terpikir oleh kita pastinya bagaimana sih didikan keluarga terhadap anak tersebut? sampai seorang anak bisa berperilaku demikian. Tentunya itu semua pasti berasal dari keluarga namun, ada juga yang berasal dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh ketika kita melihat ada anak yang berperilaku sopan pasti kita bisa menyimpulkan bahwa anak tersebut telah dididik oleh keluarganya sebaik mungkin. Sehingga menghasilkan anak yang memiliki karakter yang baik pula. Akan tetapi, bukan berarti jika ada seorang anak yang memiliki sikap atau karakter yang kurang baik sudah pasti didikan di dalam keluarganya kurang baik atau kurang maksimal. Terkadang seorang anak bisa saja terpengaruh dari apa yang mereka lihat baik itu secara langsung ataupun lewat TV. Oleh sebab itu keluarga harus bisa menentukan mana yang baik untuk anaknya dan apa yang kurang baik untuk anaknya. 

      Berikut merupakan makalah yang akan menjelaskan mengenai apa saja peran keluarga dalam pembentukan karakter anak, serta ada juga mengenai sikap keluarga yang baik dan kurang baik terhadap perkembangan karakter anak.





MAKALAH

ETIKA PENDIDIKAN GURU

KELUARGA DAN KARAKTER ANAK









Kelompok 3

Dalfian ( 19862206148 )

Dicky Ardianto ( 1986206020 )

Sarmila Nurul Ameliana N.Y ( 1986206133 )

Sarita Kumala ( 1986206111 )

Selly Dwi Ananda ( 1986206177 )

Sulastri Dwi Astuti ( 1986206125 )

Venta ( 1986206194 )



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIDYAGAMA SAMARINDA

2019







KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KELUARGA dan KARAKTER ANAK”

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian keluarga dan karakter anak atau yang lebih khususnya membahas pentingnya peran keluarga dalam pembentukkan karakter anak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pentingnya peran keluarga terhadap karakter anak.  
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan. Guna membuat makalah ini dapat lebih baik lagi.                 

            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.









September, 21  2019



Kelompok 3











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL   .................................................................................... i

KATA PENGANTAR                                                                                     ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3  Tujuan Penulisan Makalah................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Keluarga .............................................................................................. 3  

A.    Pengertian Keluarga....................................................................... 3

B.    Fungsi Keluarga............................................................................. 3

2.2  Pengaruh/ Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Karakter

Anak..................................................................................................... 4

2.3  Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak........................................ 13

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan.......................................................................................... 15

3.2  Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA







 

BAB I


PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG


Lingkungan merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang, sehingga lingkungan banyak berperan dalam membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Bagi kebanyakkan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh bagi pembentukkan karakter anak selain di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga dianggap sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh anggota keluarga dan orang-orang terdekat.
Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda dan  tanpa sadar menurun kepada karakter anak. Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh dengan konflik atau tidak bahagia. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan batinnya.
Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta penempaan karakter manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga lebih dari sekedar pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut hubungan orang tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala inspirasi. Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan pernah terputus.


1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas
1.   Apa fungsi keluarga?
2.   Bagaimana pengaruh keluarga terhadap perilaku moral anak?
3.   Bagaimana peran keluarga terhadap pembentukan karakter anak?
1.3  TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.  Menjelaskan mengenai fungsi keluarga.
2. Menjelaskan mengenai pengaruh keluarga terhadap perkembangan karakter seorang anak.
3.  Menjelaskan peran keluarga dalam pembentukan karakter anak.
4.  Untuk mengerti pentingnya pendidikan karakter bagi anak.
5.  Agar orang tua dapat mengerti lingkungan yang baik untuk anak. 










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
    Menurut Munandar (1985), pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-anak mereka. Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT, keluarga komplek, atau keluarga Indonesia.
keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya. Terkadang situasi yang ada didalam rumah atau keluarga bisa membawa dampak yang kurang baik bagi anak.

Image result for Gambar anak yang berbakti
B. Fungsi Keluarga
    Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku yang menyimpang. Selain sebagai tempat berlindung, keluarga juga memiliki fungsi sebagai berikut:
  1. Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).
  2. Mengusahakan terselenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
  3. Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
  4. Meneruskan keturunan (reproduksi).
2.2  Pengaruh / Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Karakter Seorang Anak
Menurut Papalia dan Old (1987), masa anak-anak dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1.  Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2.  Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas usia 18    bulan sampai tiga tahun merupakan masa tatih. Saat tatih inilah, anak-anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian.
3.  Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan masa prasekolah.
4.  Masa kanak-kanak kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa sekolah.  
5.  Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya.
6.  Masa remaja, yaitu rentan usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua.

Adapun peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
a)     Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.
b)     Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak.
c)     Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
d)     Mewujudkan kepercayaan.
e)     Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak di Indonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Sampai usia 18 tahun, mereka masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang anak tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”..
Perkembangan otak di masa anak-anak berjalan sangat efektif. Pada masa ini bakat serta potensi akademis dan nonakademis anak bermunculan dan sangat potensial. Usia anak dari umur satu sampai tiga tahun adalah masa paling penting bagi tumbuh kembang mereka. Indikator tumbuh kembang anak tidak hanya diukur dari pertumbuhan fisik, namun juga perkembangan otak yang dapat dilihat dari responnya terhadap lingkungan.
Untuk melihat kecerdasan otak seorang anak, orang tua perlu memahami perubahan apa saja yang penting bagi anak. Jika orang tua tidak tanggap dengan perkembangan anak, masalah akan datang saat anak sudah dewasa nanti.
Pada otak anak usia 3 tahun, terbentuk milyaran sel disebut neuron, yang mengirim dan menerima informasi. Lima tahun ke depan adalah mengelola neuron ini jadi jaringan sambungan berkecepatan tinggi yang mengontrol emosi, pikiran, dan gerakan. Pengelolaan seperti ini butuh banyak upaya: Dari usia tiga sampai sembilan tahun, otak menggunakan lebih banyak energi dibanding kurun waktu lain dalam hidup.Pendeskripsian otak anak seperti ‘plastik’. Artinya, otak  sangat elastis alias luwes dalam perubahan, dan pengalaman secara fisik mengubah, atau mengarahkan, perkembangan sambungan antara bagian otak yang berbeda. Sambungan yang paling sering digunakan, seperti yang membuat anak berjalan dan berbicara, meluas dan menguat. Sementara itu, perubahan fisik lain terjadi sehingga pesan-pesan dalam otak yang dikirimkan makin cepat sampai dan lebih efisien. Untuk mengetahui sambungan otak sudah mulai terbentuk adalah anak-anak mulai bertanya hal-hal baru dan menggunakan kata-kata baru.
Pada usia dua sampai tiga tahun, ada peningkatan aktivitas pada dua area utama otak, yaitu memroses bahasa, hal ini terbukti dari meningkatnya secara drastis kosa kata anak prasekolah, mulai dari sekitar 900 kata sampai 2.500-3.000 kata sebelum mencapai umur lima tahun.Tiap anak akan mengembangkan keunikan otak masing-masing. Semua jenis keterampilan (bermain musik atau olahraga), dan juga setiap pikiran, perasaan, dan pengalaman akan berinteraksi dengan bekal genetis yang dimiliki dan menciptakan jaringan otak tersendiri.
Karakter seorang anak terbentuk terutama pada saat anak berusia 3 hingga 10 tahun. Adalah tugas kita sebagai orang tua untuk menentukan input seperti apa yang masuk ke dalam pikirannya, sehingga bisa membentuk karakter anak yang berkualitas. Karakter adalah sesuatu yang dibentuk, dikonstruksi, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya seorang anak.
Anak itu ibarat kanvas putih bersih. Diberi goresan hitam, ia akan menjadi hitam. Diberi goresan kuning, ia akan  menjadi kuning. Atau yang lebih tepat, anak itu ibarat lempung. Dan kita, orang-orang dewasa di sekitarnya, adalah yang membentuk lempung itu. Akan berbentuk apa lempung itu, hal itu tergantung pada orangtua yang membentuknya. Ini berkaitan dengan bagaimana dan cara yang harus dilakukan agar anak didik dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi dapat menginternalisasi, menjalankan, dan terus menjadikan pegangan dalam kehidupan. Ada 18 karakter yang dapat ditanamkan dalam kehidupan anak-anak. Diantaranya; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan agama juga sangat penting dalam lingkungan pendidikan seorang anak. Pendidikan agama dapat berfungsi sebagai  kontrol internal pada diri sang anak. Lingkungan keluarga harus bisa memberikan contoh perilaku yang baik kepada sang anak. Ubah lingkungan di mana sang anak itu tumbuh jadi lingkungan yang memberi teladan baik. Tempatkan ia dalam lingkungan yang memunculkan sifat-sifat baik dalam dirinya. Lingkungan inilah yang terutama membentuk lempung (anak) itu. Membangun karakter diperlukan juga semacam reward and punishment untuk sang anak, terutama di sekolah. Jika ia berlaku baik, beri semacam “hadiah” apa pun bentuknya, entah itu pujian atau apa pun. Jika ia berlaku buruk, beri juga ia hukuman. Lingkungan dan reward and punishment ini  nantinya akan menjadi semacam kontrol eksternal (sosial) pada diri sang anak, yang lazimnya jauh lebih efektif ketimbang sekadar kontrol internal dalam membentuk karakter baik anak.
Pendidikan yang perlu di tanamkan kepada anak sejak awal adalah:
1. Pendidikan keagamaan
Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ; seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. Tunjukkan buku, gambar, dan cerita-cerita yang bisa menginspirasi si anak yang berhubungan dengan keagamaan tersebut. Jika memungkinkan, ajak anak anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin kuat ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.
2. Kualitas input yang diterima
Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. Adalah tugas orang tua untuk memilah dan menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu dihindarkan. Menonton televisi misalnya, tidak semua acara itu bagus. Demikian juga dengan membaca majalah, menonton film, mendengarkan radio, dan sebagainya.
3. Anak adalah peniru yang baik
Ada istilah Monkey see, Monkey Do ; artinya seekor monyet biasanya akan bertindak berdasarkan apa yang telah dilihatnya. Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. Dan seorang anak akan lebih percaya pada apa yang dilihat daripada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saat orang tua mengatakan satu nasehat, misalnya jangan tidur malam-malam,tapi orang tuanya sendiri selalu bekerja sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang baik. Ajarkan sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan membuat anak meniru dan mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan dan karakter di dalam pertumbuhannya.
4. No Pain No Gain
Apa yang akan anda lakukan sebagai orang tua apabila anak anda merengek-rengek, bahkan menangis minta dibelikan sebuah mainan ? Ada dua jenis jawaban yang biasanya saya lihat. Jenis orang tua yang pertama biasanya akan langsung membelikan mainan tersebut agar si anak bisa langsung diam dari tangisannya, dan tidak merepotkan orang tuanya. Dalam jangka panjang, sikap seperti ini akan membuat anak mempunyai karakter yang lemah, kurang tangguh, karena sudah dibiasakan diberiapa yang diinginkannya. Jenis orang tua yang kedua, biasanya akan menolak permintaan si anak dengan tegas, mungkin sambil memarahi atau mencuekkan begitu saja. Dalam jangka panjang, si anak akan mempunyai sifat yang acuh, kurang peduli dengan dirinya sendiri, kalau ditanya apa cita-cita atau keinginannya biasanya akan dijawab tidak tahu. Nah, anda sebagai orang tua bisa mencoba menambahkan alternatif pilihan ketiga, yaitu gabungan dari keduanya. Saya mengistilahkan gabungan ini dengan No Pain No Gain. Jadi saat seorang anak meminta sesuatu misalnya, kita bisa memberikannya dengan syarat tertentu. Contoh,seorang anak minta mainan pada kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa mensyaratkan ha-hal tertentu sebagai `kerja keras’ yang harus dilakukan. Misalnya, si anak harus membantu si ayah mencuci mobil selama sebulan, atau membantu ibu membuang sampah setiap hari, baru kemudian si anak mendapatkan mainan tersebut. System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karakter yang kuat dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil.
5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi
Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Pertama adalah harus belajar mengucapkan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu kepadanya, kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin meminta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan ketiga adalah belajar mengucapkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana, tapi coba lihat, berapa banyak orang yang merasa dirinya sudah dewasa yang terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut ? Kalau anak kita sudah terbiasa mengucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih menghargai orang lain. Karakter, kepribadian, dan kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan input yang diterimanya dari orang tua. Bila orang tua kurang memberikan bimbingan ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, yang mana bisa memberikan berbagai macam input yang lebih banyak negatifnya daripada positifnya.
Memahami karakter anak memang terkadang begitu sulit bahkan kita seringkali tidak mampu melakukannya. Kebanyakan kita bahkan dibuat bingung oleh anak sehingga mereka enggan membagi banyak hal misalnya cerita di sekolah, masalah mereka, hingga cerita-cerita yang biasa kepada kita sebagai orang tua. Ketika anak mulai tidak nyaman berbicara dengan kita, mungkin itu berarti kita belum mampu mendapatkan kepercayaan dan memahami karakter anak itu sendiri. Untungnya, kami memberikan beberapa tips memahami karakter anak yang bisa anda coba di rumah.
1. Mendengarkan anak anda dengan baik
Jangan mendengarkan anak sebagai syarat saja, namun dengarkan dengan baik, berikan respon, dan pikirkan penyelesaiannya jika anak mempunyai masalah. Banyak orang tua yang menganggap cerita anak mereka tidak penting dan hanya mendengarkan sebagai symbol atau syarat saja. Sementara itu, anak mengetahui bahwa mereka tidak didengarkan dan mulai menjauh dari orang tua. Ketika hal ini terjadi, maka orang tua sudah mengambil langkah salah untuk memahami seorang anak.
2. Berusaha memahami tipe emosional anak
Misalkan, anak anda merupakan anak yang tidak sabaran, namun sebenarnya ia bisa lebih sabar apabila diberi pengertian dengan baik. Oleh karena itu, pahami tipe emosional anak dan jangan berikan amarah atau tindak kekerasan ketika anak telah menyentuh sisi negatif dari emosinya. Berikan ia pengertian atau cari cara lain agar emosi anak tidak bertambah buruk dari waktu ke waktu.
3. Interogasi anak dengan baik
Beberapa orang tua cenderung buru-buru dan tidak sabaran ketika mereka menemukan suatu kejanggalan dan ingin mendapatkan fakta mengenai hal tersebut dari anak. jika anda melakukan interogasi dengan konsep berkata keras, memaksa, dan bahkan memukul. Maka anak akan berbohong kepada anda, serta konsep memahami karakter anak bisa pupus. Interogasi anak dengan lembut, buat ia mengatakan hal yang sebenarnya, dan ketahui bagaimana anak tersebut mampu menceritakan hal-hal yang sangat rahasia kepada anda. jika hal itu terjadi, maka anda telah memahami karakter anak dan siap untuk mendidiknya menjadi lebih baik.
Kunci dalam pendidikan karakter agar karakter anak bisa tumbuh dan berkembang maksimal, ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak usia 0 – 7 tahun bahkan lebih. Yaitu:
1. Kebutuhan akan rasa aman
2. Kebutuhan untuk mengontrol
3. Kebutuhan untuk diterima.
3 kebutuhan dasar emosi tersebut harus terpenuhi agar anak kita menjadi pribadi yang handal dan memiliki karakter yang kuat menghadapi hidup. Sebenarnya ada 6 ciri karakter anak yang bermasalah, cukup kita melihat dari perilakunya yang nampak maka, kita sudah dapat melakukan deteksi dini terhadap “musibah besar” dikehidupan yang akan datang atau dewasa. Inilah ciri-ciri karakter tersebut :
1. Susah diatur dan diajak kerja sama.
Hal yang paling nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
2. Kurang terbuka pada pada orang tua.
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
3. Menanggapi negatif.
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
4. Menarik diri.
Saat anak terbiasa dan sering menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
5. Menolak kenyataan.
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama dah kasih contoh berulang-ulang”.
6. Menjadi pelawak.
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah.


2.3   Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan, 1999: 5).

See the source image

Pentingnya pendidikan karakter di sekolah adalah untuk membantu memaksimalkan kemampuan kognitif pada anak. Pada dasarnya, pendidikan yang diterapkan pada sekolah-sekolah menuntut untuk dapat memaksimalkan kemampuan dan kecakapan kognitif. Jika memandang pengertian seperti yang telah dijelaskan di atas, ada sebuah hal yang sangat penting yang sering kali terlewatkan oleh para guru, yaitu mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki peran yang amat penting untuk menyeimbangkan antara kemampuan kognitif dengan kemampuan psikologis.

Tujuh Alasan Perlunya Pendidikan Karakter
Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan:
1.               Merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya;
2.               Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik;
3.               Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain;
4.               Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam;
5.               Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah;
6.               Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja; dan
7.               Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.
Bagaimana Mendidik Aspek Karakter?
Pendidikan bukan sekedar berfungsi sebagai media untuk mengembangkan kemampuan semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermatabat. Dari hal ini maka sebenarnya pendidikan watak (karakter) tidak bisa ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu, sebagai fungsi yang melekat pada keberadaan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa, pendidikan karakter merupakan manifestasi dari peran tersebut. Untuk itu, pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan (pendidik).
Secara umum materi tentang pendidikan karakter dijelaskan oleh Berkowitz, Battistich, dan Bier, yang melaporkan bahwa materi pendidikan karakter sangat luas. Dari hasil penelitiannya dijelaskan bahwa paling tidak ada 25 variabel yang dapat dipakai sebagai materi pendidikan karakter. Namun, dari 25 variabel tersebut yang paling umum dilaporkan dan secara signifikan hanya ada 10, yaitu:
1.     Perilaku seksual
2.     Pengetahuan tentang karakter (Character knowledge)
3.     Pemahaman tentang moral sosial
4.     Ketrampilan pemecahan masalah
5.     Kompetensi emosional
6.     Hubungan dengan orang lain (Relationships)
7.     Perasaan keterikan dengan sekolah (Attachment to school)
8.     Prestasi akademis
9.     Kompetensi berkomunikasi
10.  Sikap kepada guru (Attitudes toward teachers).




















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan  
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga dan dididik oleh orang tua. Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa peran kelurga sangat besar sebagai penentu terbentuknya moral manusia-manusia yang dilahirkan.     
Dalam mensukseskan pendidikan, keluarga berperan dalam memberikan pendampingan dan memberikan pilihan kepada anaknya untuk masalah pendidikan yang tepat sesuai dengan karakteristik dari anak. Di samping itu, penciptaan suasana yang nyaman dan aman dari keluarga kepada anaknya akan memberikan motivasi keluarga kepada anak dalam menempuh pendidikannya.
Saran

Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu sebaiknya orang tua dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis terhadap sesuatu yang baru. Bila orang tua tidak membuka diri terhadap perkembangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari anak. Pada akhirnya berbuah kebohongan dan secara tidak langsung menanamkannya pada anak. Anak adalah seorang peniru yang baik, biasanya anak akan gampang tertarik dengan hal baru dan mulai mengikutinya. Oleh sebab itu, orang tua harus bisa mengendalikan dirinya baik dalam bertindak maupun berbicara sehingga anak pun hanya mencontoh yang baik dari kita.





 

DAFTAR PUSTAKA

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER DAN TOLERANSI. KEL 6

  MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER DAN TOLERANSI Disusun oleh : kelompok 6                                                   ...