ETIKA
PENDIDIKAN
(DOSEN PENGAMPU RATNA KHAURINNISA,
S.Pd., M.Pd)
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai makalah keluarga dan karakter anak, mungkin bukan pertama kalinya bagi kita ketika melihat karakter seorang anak yang baik atau buruk hal terpikir oleh kita pastinya bagaimana sih didikan keluarga terhadap anak tersebut? sampai seorang anak bisa berperilaku demikian. Tentunya itu semua pasti berasal dari keluarga namun, ada juga yang berasal dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh ketika kita melihat ada anak yang berperilaku sopan pasti kita bisa menyimpulkan bahwa anak tersebut telah dididik oleh keluarganya sebaik mungkin. Sehingga menghasilkan anak yang memiliki karakter yang baik pula. Akan tetapi, bukan berarti jika ada seorang anak yang memiliki sikap atau karakter yang kurang baik sudah pasti didikan di dalam keluarganya kurang baik atau kurang maksimal. Terkadang seorang anak bisa saja terpengaruh dari apa yang mereka lihat baik itu secara langsung ataupun lewat TV. Oleh sebab itu keluarga harus bisa menentukan mana yang baik untuk anaknya dan apa yang kurang baik untuk anaknya.
Berikut merupakan makalah yang akan menjelaskan mengenai apa saja peran keluarga dalam pembentukan karakter anak, serta ada juga mengenai sikap keluarga yang baik dan kurang baik terhadap perkembangan karakter anak.
MAKALAH
ETIKA PENDIDIKAN
GURU
KELUARGA DAN
KARAKTER ANAK
Dalfian ( 19862206148 )
Dicky Ardianto ( 1986206020 )
Sarmila Nurul Ameliana N.Y ( 1986206133 )
Sarita Kumala ( 1986206111 )
Selly Dwi Ananda ( 1986206177 )
Sulastri Dwi Astuti ( 1986206125 )
Venta ( 1986206194 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIDYAGAMA SAMARINDA
UNIVERSITAS WIDYAGAMA SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KELUARGA dan KARAKTER ANAK”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian keluarga dan karakter anak atau yang lebih khususnya membahas pentingnya peran keluarga
dalam pembentukkan karakter anak, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Pentingnya
peran keluarga terhadap karakter anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Guna membuat makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Guna membuat makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
September, 21 2019
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Keluarga .............................................................................................. 3
A.
Pengertian Keluarga....................................................................... 3
B.
Fungsi Keluarga............................................................................. 3
2.2 Pengaruh/ Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Karakter
Anak..................................................................................................... 4
2.3 Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak........................................ 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Lingkungan merupakan tempat dimana
seorang anak tumbuh dan berkembang, sehingga lingkungan banyak berperan dalam
membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Bagi kebanyakkan anak, lingkungan keluarga merupakan
lingkungan yang paling berpengaruh bagi pembentukkan karakter anak selain di lingkungan
sekolah maupun masyarakat. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga dianggap sebagai
lingkungan dini yang dibangun oleh anggota keluarga dan orang-orang terdekat.
Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang
berbeda dan tanpa sadar menurun kepada
karakter anak. Pengaruh keluarga amat
besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk
kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh dengan konflik atau tidak
bahagia. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga
mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga bagi
anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi
lahir dan batinnya.
Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat
berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih dari itu, keluarga merupakan wahana
awal pembentukan moral serta penempaan karakter manusia. Berhasil atau tidaknya
seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya peran
keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga lebih dari sekedar
pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut hubungan orang tua dengan
anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala inspirasi. Keluarga menjadi
tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan suatu jalinan cinta
kasih yang tidak akan pernah terputus.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan diatas
1. Apa fungsi keluarga?
2. Bagaimana pengaruh keluarga terhadap
perilaku moral anak?
3. Bagaimana peran keluarga terhadap
pembentukan karakter anak?
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas penulisan makalah
ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan mengenai fungsi keluarga.
2. Menjelaskan mengenai pengaruh keluarga terhadap
perkembangan karakter seorang anak.
3. Menjelaskan peran keluarga dalam pembentukan karakter
anak.
4. Untuk mengerti pentingnya
pendidikan karakter bagi anak.
5. Agar orang tua dapat mengerti
lingkungan yang baik untuk anak.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 KELUARGA
A. Pengertian
Keluarga
Menurut Munandar (1985), pengertian keluarga dapat
dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan
kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan
dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-anak mereka.
Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT,
keluarga komplek, atau keluarga Indonesia.
keluarga adalah
merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga
pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah
anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya. Terkadang
situasi yang ada didalam rumah atau keluarga bisa membawa dampak yang kurang
baik bagi anak.
B. Fungsi
Keluarga
Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem
sosial yang dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak
hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga
sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak.
Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan untuk
bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku yang
menyimpang. Selain sebagai tempat berlindung, keluarga juga memiliki fungsi
sebagai berikut:
- Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).
- Mengusahakan terselenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
- Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
- Meneruskan keturunan (reproduksi).
2.2 Pengaruh / Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Karakter Seorang Anak
Menurut Papalia dan
Old (1987), masa anak-anak dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1. Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai
masa lahir.
2. Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama
kehidupan merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan pertama kehidupan
merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan sampai tiga tahun merupakan
masa tatih. Saat tatih inilah, anak-anak menuju pada penguasaan bahasa dan
motorik serta kemandirian.
3. Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun,
masa ini dikenal juga dengan masa prasekolah.
4. Masa kanak-kanak kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal
pula sebagai masa sekolah.
5. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan
menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya.
6. Masa remaja, yaitu rentan usia 12-18 tahun. Saat anak
mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman
sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua.
Adapun peran kedua orang tua dalam mewujudkan
kepribadian anak antara lain:
a) Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi
anak-anaknya.
b) Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak.
c) Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
d) Mewujudkan kepercayaan.
e) Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan
anak).
Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan
seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian
sampai usia 18 tahun anak-anak di Indonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama
keluarga. Sampai usia 18 tahun, mereka masih membutuhkan orangtua dan
kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang anak tidak lepas dari “kehangatan
dalam keluarga”..
Perkembangan otak di masa anak-anak berjalan sangat
efektif. Pada masa ini bakat serta potensi akademis dan nonakademis anak
bermunculan dan sangat potensial. Usia anak dari umur satu sampai tiga tahun
adalah masa paling penting bagi tumbuh kembang mereka. Indikator tumbuh kembang
anak tidak hanya diukur dari pertumbuhan fisik, namun juga perkembangan otak
yang dapat dilihat dari responnya terhadap lingkungan.
Untuk melihat kecerdasan otak seorang anak, orang tua perlu memahami perubahan apa saja yang penting bagi anak. Jika orang tua tidak tanggap dengan perkembangan anak, masalah akan datang saat anak sudah dewasa nanti.
Untuk melihat kecerdasan otak seorang anak, orang tua perlu memahami perubahan apa saja yang penting bagi anak. Jika orang tua tidak tanggap dengan perkembangan anak, masalah akan datang saat anak sudah dewasa nanti.
Pada
otak anak usia 3 tahun, terbentuk milyaran sel disebut neuron, yang mengirim
dan menerima informasi. Lima tahun ke depan adalah mengelola neuron ini jadi
jaringan sambungan berkecepatan tinggi yang mengontrol emosi, pikiran, dan
gerakan. Pengelolaan seperti ini butuh banyak upaya: Dari usia tiga sampai
sembilan tahun, otak menggunakan lebih banyak energi dibanding kurun waktu lain
dalam hidup.Pendeskripsian otak anak seperti ‘plastik’. Artinya, otak
sangat elastis alias luwes dalam perubahan, dan pengalaman secara fisik
mengubah, atau mengarahkan, perkembangan sambungan antara bagian otak yang
berbeda. Sambungan yang paling sering digunakan, seperti yang membuat anak
berjalan dan berbicara, meluas dan menguat. Sementara itu, perubahan fisik lain
terjadi sehingga pesan-pesan dalam otak yang dikirimkan makin cepat sampai dan
lebih efisien. Untuk mengetahui sambungan otak sudah mulai terbentuk adalah
anak-anak mulai bertanya hal-hal baru dan menggunakan kata-kata baru.
Pada
usia dua sampai tiga tahun, ada peningkatan aktivitas pada dua area utama otak,
yaitu memroses bahasa, hal ini terbukti dari meningkatnya secara drastis kosa
kata anak prasekolah, mulai dari sekitar 900 kata sampai 2.500-3.000
kata sebelum mencapai umur lima tahun.Tiap anak akan mengembangkan keunikan
otak masing-masing. Semua jenis keterampilan (bermain musik atau olahraga), dan
juga setiap pikiran, perasaan, dan pengalaman akan berinteraksi dengan bekal
genetis yang dimiliki dan menciptakan jaringan otak tersendiri.
Karakter seorang anak terbentuk terutama pada saat
anak berusia 3 hingga 10 tahun. Adalah tugas kita sebagai orang tua untuk
menentukan input seperti apa yang masuk ke dalam pikirannya, sehingga bisa
membentuk karakter anak yang berkualitas. Karakter adalah sesuatu yang dibentuk,
dikonstruksi, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya
seorang anak.
Anak
itu ibarat kanvas putih bersih. Diberi goresan hitam, ia akan menjadi hitam.
Diberi goresan kuning, ia akan menjadi kuning. Atau yang lebih tepat,
anak itu ibarat lempung. Dan kita, orang-orang dewasa di sekitarnya, adalah
yang membentuk lempung itu. Akan berbentuk apa lempung itu, hal itu tergantung
pada orangtua yang membentuknya. Ini berkaitan dengan bagaimana dan cara yang
harus dilakukan agar anak didik dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi dapat
menginternalisasi, menjalankan, dan terus menjadikan pegangan dalam kehidupan.
Ada 18 karakter yang dapat ditanamkan dalam kehidupan anak-anak. Diantaranya;
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan
agama juga sangat penting dalam lingkungan pendidikan seorang anak. Pendidikan
agama dapat berfungsi sebagai kontrol internal pada diri sang anak.
Lingkungan keluarga harus bisa memberikan contoh perilaku yang baik kepada sang
anak. Ubah lingkungan di mana sang anak itu tumbuh jadi lingkungan yang memberi
teladan baik. Tempatkan ia dalam lingkungan yang memunculkan sifat-sifat baik
dalam dirinya. Lingkungan inilah yang terutama membentuk lempung (anak) itu.
Membangun karakter diperlukan juga semacam reward and punishment untuk
sang anak, terutama di sekolah. Jika ia berlaku baik, beri semacam “hadiah” apa
pun bentuknya, entah itu pujian atau apa pun. Jika ia berlaku buruk, beri juga
ia hukuman. Lingkungan dan reward and punishment ini
nantinya akan menjadi semacam kontrol eksternal (sosial) pada diri sang anak,
yang lazimnya jauh lebih efektif ketimbang sekadar kontrol internal dalam
membentuk karakter baik anak.
Pendidikan
yang perlu di tanamkan kepada anak sejak awal adalah:
1. Pendidikan keagamaan
Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada
seorang anak ; seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan
bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. Tunjukkan buku, gambar, dan
cerita-cerita yang bisa menginspirasi si anak yang berhubungan dengan keagamaan
tersebut. Jika memungkinkan, ajak anak anda untuk ikut ke tempat ibadah
bersama. Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin
kuat ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.
2. Kualitas input yang diterima
Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum
mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah
laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan olehnya selama
masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan
sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. Adalah tugas orang tua untuk memilah
dan menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu
dihindarkan. Menonton televisi misalnya, tidak semua acara itu bagus. Demikian
juga dengan membaca majalah, menonton film, mendengarkan radio, dan sebagainya.
3. Anak adalah peniru yang baik
Ada istilah Monkey see, Monkey Do ; artinya
seekor monyet biasanya akan bertindak berdasarkan apa yang telah dilihatnya.
Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang
akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan utamanya biasanya akan
jatuh pada orang tua. Dan seorang anak akan lebih percaya pada apa yang dilihat
daripada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saat orang tua mengatakan satu
nasehat, misalnya jangan tidur malam-malam,tapi orang tuanya sendiri selalu
bekerja sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang baik. Ajarkan
sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan membuat anak meniru
dan mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan dan karakter di dalam
pertumbuhannya.
4. No Pain No Gain
Apa yang akan anda lakukan sebagai orang tua apabila
anak anda merengek-rengek, bahkan menangis minta dibelikan sebuah mainan ? Ada
dua jenis jawaban yang biasanya saya lihat. Jenis orang tua yang pertama
biasanya akan langsung membelikan mainan tersebut agar si anak bisa langsung
diam dari tangisannya, dan tidak merepotkan orang tuanya. Dalam jangka panjang,
sikap seperti ini akan membuat anak mempunyai karakter yang lemah, kurang
tangguh, karena sudah dibiasakan diberiapa yang diinginkannya. Jenis orang tua
yang kedua, biasanya akan menolak permintaan si anak dengan tegas, mungkin
sambil memarahi atau mencuekkan begitu saja. Dalam jangka panjang, si anak akan
mempunyai sifat yang acuh, kurang peduli dengan dirinya sendiri, kalau ditanya
apa cita-cita atau keinginannya biasanya akan dijawab tidak tahu. Nah, anda
sebagai orang tua bisa mencoba menambahkan alternatif pilihan ketiga, yaitu
gabungan dari keduanya. Saya mengistilahkan gabungan ini dengan No Pain No
Gain. Jadi saat seorang anak meminta sesuatu misalnya, kita bisa
memberikannya dengan syarat tertentu. Contoh,seorang anak minta mainan pada
kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa mensyaratkan ha-hal tertentu sebagai
`kerja keras’ yang harus dilakukan. Misalnya, si anak harus membantu si ayah
mencuci mobil selama sebulan, atau membantu ibu membuang sampah setiap hari,
baru kemudian si anak mendapatkan mainan tersebut. System No Pain No Gain
ini dalam jangka panjang akan membentuk karakter yang kuat dan tangguh dari si
anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu baru
mendapatkan hasil.
5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi
Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku
dasar dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Pertama adalah harus
belajar mengucapkan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan
sesuatu kepadanya, kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila
ingin meminta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan ketiga adalah belajar
mengucapkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana,
tapi coba lihat, berapa banyak orang yang merasa dirinya sudah dewasa yang
terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut ? Kalau anak kita sudah terbiasa
mengucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih menghargai orang lain.
Karakter, kepribadian, dan kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh
pendidikan dan input yang diterimanya dari orang tua. Bila orang tua kurang
memberikan bimbingan ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh
lingkungan, yang mana bisa memberikan berbagai macam input yang lebih banyak
negatifnya daripada positifnya.
Memahami
karakter anak memang terkadang begitu sulit bahkan kita seringkali tidak mampu
melakukannya. Kebanyakan kita bahkan dibuat bingung oleh anak sehingga mereka
enggan membagi banyak hal misalnya cerita di sekolah, masalah mereka, hingga
cerita-cerita yang biasa kepada kita sebagai orang tua. Ketika anak mulai tidak
nyaman berbicara dengan kita, mungkin itu berarti kita belum mampu mendapatkan
kepercayaan dan memahami karakter anak itu sendiri. Untungnya, kami memberikan
beberapa tips memahami karakter anak yang bisa anda coba di rumah.
1. Mendengarkan anak anda dengan baik
Jangan mendengarkan anak sebagai syarat saja, namun
dengarkan dengan baik, berikan respon, dan pikirkan penyelesaiannya jika anak
mempunyai masalah. Banyak orang tua yang menganggap cerita anak mereka tidak
penting dan hanya mendengarkan sebagai symbol atau syarat saja. Sementara itu,
anak mengetahui bahwa mereka tidak didengarkan dan mulai menjauh dari orang
tua. Ketika hal ini terjadi, maka orang tua sudah mengambil langkah salah untuk
memahami seorang anak.
2. Berusaha memahami tipe emosional anak
Misalkan, anak anda merupakan anak yang tidak sabaran,
namun sebenarnya ia bisa lebih sabar apabila diberi pengertian dengan baik.
Oleh karena itu, pahami tipe emosional anak dan jangan berikan amarah atau
tindak kekerasan ketika anak telah menyentuh sisi negatif dari emosinya.
Berikan ia pengertian atau cari cara lain agar emosi anak tidak bertambah buruk
dari waktu ke waktu.
3.
Interogasi anak dengan baik
Beberapa orang tua cenderung buru-buru dan tidak
sabaran ketika mereka menemukan suatu kejanggalan dan ingin mendapatkan fakta
mengenai hal tersebut dari anak. jika anda melakukan interogasi dengan konsep
berkata keras, memaksa, dan bahkan memukul. Maka anak akan berbohong kepada
anda, serta konsep memahami karakter anak bisa pupus. Interogasi anak dengan
lembut, buat ia mengatakan hal yang sebenarnya, dan ketahui bagaimana anak
tersebut mampu menceritakan hal-hal yang sangat rahasia kepada anda. jika hal
itu terjadi, maka anda telah memahami karakter anak dan siap untuk mendidiknya
menjadi lebih baik.
Kunci
dalam pendidikan karakter agar karakter anak bisa tumbuh dan berkembang
maksimal, ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak usia 0 – 7 tahun bahkan
lebih. Yaitu:
1. Kebutuhan akan rasa aman
2. Kebutuhan untuk mengontrol
3. Kebutuhan untuk diterima.
3
kebutuhan dasar emosi tersebut harus terpenuhi agar anak kita menjadi pribadi
yang handal dan memiliki karakter yang kuat menghadapi hidup. Sebenarnya ada 6
ciri karakter anak yang bermasalah, cukup kita melihat dari perilakunya yang
nampak maka, kita sudah dapat melakukan deteksi dini terhadap “musibah besar”
dikehidupan yang akan datang atau dewasa. Inilah ciri-ciri karakter tersebut :
1.
Susah diatur dan diajak kerja sama.
Hal yang paling nampak adalah anak akan membangkang,
akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak
sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya.
Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya
dengan kondisi emosi yang tenang.
2. Kurang terbuka pada pada orang tua.
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak
menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia
begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat
dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua
gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri
dan mulai menganti pendekatan kita.
3.
Menanggapi negatif.
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia
memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah,
salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan,
sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga
diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih
melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses
di masa depan anak.
4. Menarik diri.
Saat anak terbiasa dan sering menyendiri, asyik dengan
duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik
diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya
pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti
kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi
ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya
dan sedalam-dalamnya.
5.
Menolak kenyataan.
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang
pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan
nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan)
berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih,
kan mama dah kasih contoh berulang-ulang”.
6.
Menjadi pelawak.
Suatu
kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak
tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika
berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari
kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita
sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa
diterima dirumah.
2.3
Pentingnya
Pendidikan
Karakter
Bagi
Anak
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein,
yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis
kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu,
character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya
melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat
individual, keadaan moral seseorang. Setelah melewati tahap anak-anak,
seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter
seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan,
1999: 5).
Pentingnya
pendidikan karakter di sekolah adalah
untuk membantu memaksimalkan kemampuan kognitif pada anak. Pada dasarnya,
pendidikan yang diterapkan pada sekolah-sekolah menuntut untuk dapat
memaksimalkan kemampuan dan kecakapan kognitif. Jika memandang pengertian
seperti yang telah dijelaskan di atas, ada sebuah hal yang sangat penting yang
sering kali terlewatkan oleh para guru, yaitu mengenai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter memiliki peran yang amat penting untuk menyeimbangkan
antara kemampuan kognitif dengan kemampuan psikologis.
Tujuh Alasan Perlunya Pendidikan
Karakter
Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan
karakter itu harus disampaikan:
1.
Merupakan cara
terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam
kehidupannya;
2.
Merupakan cara
untuk meningkatkan prestasi akademik;
3.
Sebagian siswa
tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain;
4.
Mempersiapkan siswa
untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang
beragam;
5.
Berangkat dari akar
masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan,
ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja
(belajar) yang rendah;
6.
Merupakan persiapan
terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja; dan
7.
Mengajarkan nilai-nilai
budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.
Bagaimana
Mendidik Aspek Karakter?
Pendidikan
bukan sekedar berfungsi sebagai media untuk mengembangkan kemampuan
semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermatabat. Dari hal ini maka sebenarnya pendidikan watak
(karakter) tidak bisa ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan. Oleh
karena itu, sebagai fungsi yang melekat pada keberadaan pendidikan
nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa, pendidikan
karakter merupakan manifestasi dari peran tersebut. Untuk itu, pendidikan
karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha
pendidikan (pendidik).
Secara
umum materi tentang pendidikan karakter dijelaskan oleh Berkowitz, Battistich, dan Bier,
yang melaporkan bahwa materi pendidikan karakter sangat luas. Dari hasil
penelitiannya dijelaskan bahwa paling tidak ada 25 variabel yang dapat
dipakai sebagai materi pendidikan karakter. Namun, dari 25
variabel tersebut yang paling umum dilaporkan dan secara signifikan hanya
ada 10, yaitu:
1.
Perilaku seksual
2.
Pengetahuan tentang
karakter (Character knowledge)
3.
Pemahaman tentang
moral sosial
4.
Ketrampilan
pemecahan masalah
5.
Kompetensi
emosional
6.
Hubungan dengan
orang lain (Relationships)
7.
Perasaan keterikan
dengan sekolah (Attachment to school)
8.
Prestasi akademis
9.
Kompetensi
berkomunikasi
10. Sikap kepada guru (Attitudes toward teachers).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak
karena pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga
dan dididik oleh orang tua. Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor
yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam
tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk
anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat
menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak. Dengan demikian, tidak
dapat dipungkiri bahwa peran kelurga sangat besar sebagai penentu terbentuknya
moral manusia-manusia yang dilahirkan.
Dalam mensukseskan pendidikan, keluarga berperan dalam
memberikan pendampingan dan memberikan pilihan kepada anaknya untuk masalah
pendidikan yang tepat sesuai dengan karakteristik dari anak. Di samping itu,
penciptaan suasana yang nyaman dan aman dari keluarga kepada anaknya akan
memberikan motivasi keluarga kepada anak dalam menempuh pendidikannya.
Saran
Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk
itu sebaiknya orang tua dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Orang
tua juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman dan teknologi saat ini.
Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis terhadap sesuatu yang baru. Bila orang
tua tidak membuka diri terhadap perkembangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam
menjawab pertanyaan dari anak. Pada akhirnya berbuah kebohongan dan secara
tidak langsung menanamkannya pada anak. Anak adalah seorang peniru yang baik,
biasanya anak akan gampang tertarik dengan hal baru dan mulai mengikutinya.
Oleh sebab itu, orang tua harus bisa mengendalikan dirinya baik dalam bertindak
maupun berbicara sehingga anak pun hanya mencontoh yang baik dari kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://shindy-intan.blogspot.co.id/2012/10/peranan-keluarga-dalam- pembentukan.html
http://www.slideshare.net/dianastandjung/pengaruh-pendidikan-keluarga- terhadap-kepribadian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar